Lulusan FaSya IAIN Salatiga Siap Menjadi Hakim: Program Unggulan Qiroatul Kutub Menjadi Penguatan Kemampuan Akademik

FaSya IAIN Salatiga-Pembukaan kelas Qiroatul Kutub FaSya IAIN Salatiga dengan mendatangkan pemateri yang ahli dalam bidang percepatan keahlian tersebut yaitu KH. Samsul Arifin, pimpinan pondok Pesantren An-nur, Pakis, Magelang Jawa Tengah. Dalam pembukaan yang berlangsung di Aula Fasya IAIN Salatiga (Rabu, 14 Oktober 2020)  secara langsung tatap muka dan disiarkan Live di Channel Facebook Fakultas, dihadiri oleh peserta yang terdaftar dalam kelas tersebut.

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan memaparkan dalam sambutannya bahwa kelas Qiroatul kutub menjadi penambah semangat dalam mendalami Qiroatul kutub, beliau mengucapkan terima kasih kepada Wakil Dekan Bidang kemahasiswaan Bapak Dr. Ahmad Sultoni, M.Pd. yang telah sukses mandegani acara ini bisa berlangsung.

Baca juga  Fakultas Syari'ah IAIN Salatiga Tandatangani MoA dengan Fakultas Syari'ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Kelas ini menjadi salah satu program unggulan FaSya dalam rangka penguatan kemampuan akademik mahasiswa FaSya. Dan kompetensi yang harus dipenuhi oleh alumni syariah apabila ingin menjadi hakim wajib bisa membaca dan memahami kitab kuning. Mengaca pada kasus lulusan FaSya yang lulus ujian SKB dalam Ujian Penerimaan CPNS namun gugur dalam ujian terahir yaitu pada tes skil baca kitab kuning mendapat nilai yang masih kurang dari yuang ditentukan untuk kelulusan, imbuh beliau.

Harapan Dekan Fasya juga disampaikan dalam sambutan beliau bahwa kelas ini serius untuk menjadi tolak ukur dan bisa menjadi evaluasi untuk program selanjutnya dijalankan kembali. Keahlian membaca kitab tidak bisa tercapai bila tidak terlibih dahulu untuk mendalami ilmu alat (nahwu dan shorof). Pada kelas ini selama 2 (dua) bulan secara focus akan diajarkan ilmu alat tersebut.

Baca juga  SEMINAR NASIONAL BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM RI

KH. Samsul Maarif sebagai pemateri melanjutkan pemaparan dalam acara ini. Beliau menyampaikan program ini sudah menyebar hampir keseluruh wilayah Indonesia. Bahkan sudah sampai ke negara tentangga yaitu Singapura, Malaysia dan Thailand. Apresiasi sangat baik didapatkan dari beberapa negara tetangga tersebut. Thailand salah satunya, awalnya mereka tidak percaya ada program yang hanya membutuhkan 3 (tiga) bulan untuk bisa dan mahir membaca kitab kuning. Karena di sana membutuhkan waktu kurang lebih selama 8 tahun untuk bisa membaca dan memahami kitab kuning.

Pada umumnya pesantren di Dala Negeri pun membutuhkan kurang lebih waktu selama 3-4 tahun untuk mendalami kitab kuning. Karena memang di pesantren target mereka banyak, ilmu yang diajarkan dan ingin dikuasai banyak tidak hanya focus pada pembelajaran ilmu alat. Program percepatan ini sudah menyiapkan kurang lebih sebanyak 50 lagu nahwu sorof agar para peserta (santri) mudah untuk memahami dan menghafalkan kiat dalam menguasai ilmu alat, imbuh KH. Samsul.

Baca juga  Bersinergi Untuk Memajukan Visi Misi Lembaga, FaSya UIN Salatiga Tanda tangani MoU dengan Pengadilan Agama Boyolali

“Sabar sebentar untung besar” menjadi slogan dalam program percepatan ini dan juga menjadi penutup pemaparan KH. Samsul dalam acara pembukaan kelas Qiroatul Kutub.